Photo by Dmitry Demidko on Unsplash
Photo by Dmitry Demidko on Unsplash

Siapa sangka Covid datang diakhir 2019 lalu?
Siapa sangka Covid bertahan sampe 2 tahun?
Siapa sangka mobilitas akan sangat dibatasi seperti saat ini ?

Gak ada yang bakal ngira semua ini bakal kejadian, gak ada yang mempersiapkan semua ini. Pandemi ini udah bikin banyak ekonomi, baik perusahaan, usaha kecil, maupun rumah tangga tergoncang. Bagi mereka yang punya dana cadangan, akan dapat bertahan beberapa bulan, sebelum akhirnya melakukan “pivot” atau masuk ke “survival mode”.  
Disinilah peran penting dana cadangan a.k.a Dana Darurat sebagai pondasi finansial yang kuat menghadapi situasi tak menentu.

 

Apa itu dana darurat ?

 

Ya dari paragraf sebelumnya, sedikitnya udah pahamlah ya…
Seperti namanya, dana darurat adalah cadangan keuangan yang dipersiapkan untuk menghadapi situas-situasi tak terduga. Yang dimaksud situasi tak terduga disini, antara lain; hilangnya pendapatan (PHK, Penurunan pemasukan), pengeluaran extraordinary (kebutuhan berobat, bencana), krisis ekonomi, pandemi, dll.  Dana darurat bisa dibilang menjadi pondasi dari finansial kita, sehingga buat para freshgraduate nih, ketika udah mulai dapat pemasukan mulai deh disusun pondasinya, jangan untuk jajan boba mulu…

 

Menetukan besaran dana darurat…

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarannya, antara lain :
1. Kebutuhanhidu dasar pribadi per bulan
2. Jumlah individu yang menjadi tanggungan.

Yang dimaksud individu lain itu bisa jadi istri, suami, anak, orang tua, saudara, dll. yang turut menggantungkan hidup dari pendapatan kita. Nah, biasanya besarannya akan banyak dipengaruhi oleh faktor nomor dua. Kalau masih lajang sih, besaran dana darurat bisa dipatok minimal 6 kali dari kebutuhan bulanan pribadi. Kalau faktor kedua muncul, akan perlu ditingkatkan, misal sudah menikah, dengan adanya pasangan maka  yang perlu dikumpulkan minimal 12 kali dari pengeluaran bulanan. Nanti kalau ada anak, kebutuhan tentu akan meningkat lagi, sebagai backup pemenuhan kebutuhan individu baru.

 

Contoh Kasus :
Mindang seorang freshgraduate dengan gaji Rp2.500.000 per bulannya. Sebagai lajang, ia belum memiliki tanggungan individu lain. Dalam sebulan mindang perlu mengeluarkan dana Rp 1.500.00 per bulan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasarnya. Uang sisanya biasa ia gunakan untuk kegiatan hobi dan nongki-nongki sembari seruput kopi.. anjay.

Gaji                : Rp 2.500.000
Pengeluaran : Rp1.500.000
Status           : Lajang
Dana darurat yang perlu dikumpulkan :
6 x 1.500.000
= Rp9.000.000
Jadi, untuk memili pondasi yang kuat Mindang perlu memiliki dana darurat minimal sebesar Rp9.000.000
 

Menyusun Dana Darurat

Dalam menyusun dana darurat, kita perlu menggunakan pendekatan “Menyisihkan” bukan “Menyisakan”. Maksudnya, dari awal mendapatkan pengahsilan, langsung tuh ambil beberapa persen buat dana darurat. Jangan dipakai dulu buat nongki, baru kalo ada sisa akan ditabung.
Tujuannya, kapan dana darurat terkumpul bisa ditarget dan diperhitungkan.

Terus untuk menyimpan nya, Mindang punya saran simpen deh di tabungan konvensional 50% dan sisanya masukan ke instrumen investasi low risk, seperti reksadana pasar uang. Tujuannya, supaya dana daruratnya juga bisa “kerja” dikit buat kita.

Nah, itulah seputar dana darurat.
Buat freshgraduate, begitu kalian dapat kerja, baik cari sendiri atau sebagai bawaan orang dalam, mulai deh susun dana daruratmu, supaya pondasi finansial mu kuat. Uhuy…

Popular Post